Oleh: Supiati, S.Ag., M. Sos

Sekretaris PD IPARI Kota Banda Aceh

Kata "karat" apa bila di lekatkan dengan kata emas akan memiliki takaran nilai. Dalam konteks ini, "karat" mengacu pada ukuran kemurnian logam mulia, terutama emas. Karat adalah unit pengukuran yang menunjukkan seberapa banyak emas murni yang terdapat dalam sebuah barang dibandingkan dengan logam lainnya. Misalnya, emas 24 karat adalah emas murni, sementara emas 18 karat berarti 18 bagian dari 24 adalah emas murni.

Ketika kata "karat" digabungkan dengan kata "besi," istilah tersebut merujuk pada "karat besi," yaitu istilah yang menggambarkan kondisi korosi atau oksidasi pada besi. Karat adalah lapisan berwarna coklat kemerahan yang terbentuk akibat reaksi kimia antara besi, air, dan oksigen, yang sering disebut sebagai karat atau karatan.

Ketika kata "karat" dihubungkan dengan pribadi seorang Muslim, istilah tersebut biasanya merujuk pada "karakter" atau "akhlak." Dalam konteks ini, "karat" berarti karakter atau kualitas moral seseorang. Misalnya, "karat" dalam frase seperti "karat seorang Muslim" mengacu pada sifat atau karakter moral yang dimiliki oleh seorang Muslim.

Jika kata "karat" digabungkan dengan "keimanan," maka istilah tersebut biasanya merujuk pada "karat keimanan." Dalam konteks ini, "karat" berarti "kualitas" atau "tingkat" dari keimanan seseorang. Dengan kata lain, "karat keimanan" menggambarkan seberapa kuat atau murni keimanan seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian "karat" adalah:

Karat: lapisan berwarna coklat kemerahan yang terdapat pada logam, terutama besi, akibat proses oksidasi atau korosi.

Karat: satuan ukuran untuk kadar kemurnian emas; misalnya, emas 24 karat berarti emas murni.

Dalam konteks lain, "karat" bisa merujuk pada sifat atau kondisi yang menunjukkan penurunan kualitas.

Kata "karat" dalam Al-Qur'an terdapat dalam Surah At-Tawbah (9:34). Dalam ayat ini, istilah "karat" digunakan dalam konteks:

"Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya banyak dari kalangan pendeta dan rahib serta orang-orang kaya di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan menghalangi dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih." (QS. At-Tawbah: 34)

Dalam ayat ini, "karat" merujuk pada kekotoran atau korupsi yang terjadi akibat tidak menginfakkan harta dan menggunakan harta dengan cara yang tidak benar.

Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar dalam tradisi Islam, menggunakan istilah "karat" untuk menggambarkan kondisi hati seseorang. Dalam pandangan beliau, hati manusia bisa mengalami "karat" yang mengacu pada kekotoran atau pencemaran yang terjadi akibat perbuatan dosa dan kelalaian terhadap perintah Allah.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa hati yang tidak bersih atau tercemar oleh dosa dan kemaksiatan akan menjadi "berkarat." Hal ini mirip dengan konsep karat pada logam yang mengindikasikan kerusakan atau korosi. Untuk membersihkan hati dari "karat" tersebut, seseorang perlu melakukan taubat, memperbanyak ibadah, dan menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah. Dalam konteks ini, "karat" mencerminkan keadaan spiritual yang memerlukan pembersihan dan perbaikan agar hati kembali bersih dan dekat dengan Tuhan.

Kemajuan teknologi dan berbagai godaan modern dapat mempengaruhi kondisi hati seseorang. Dalam konteks ini, teknologi dan media sosial, misalnya, sering kali membawa tantangan berupa konten yang bisa mempengaruhi moral dan spiritualitas seseorang. Tanpa disadari, paparan yang terus-menerus terhadap konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama atau etika bisa membuat hati seseorang menjadi "berkarat," yaitu tercemar oleh kebiasaan dan pola pikir yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk tetap menjaga kesadaran dan kehati-hatian dalam menggunakan teknologi, serta berusaha menjaga kebersihan hati melalui ibadah, introspeksi, dan pemeliharaan nilai-nilai spiritual. Ini membantu menjaga hati tetap bersih dan jauh dari "karat" yang disebabkan oleh godaan dan pengaruh negatif dari dunia modern.

Untuk menjaga hati agar tidak berkarat dan mempertahankan kualitas iman yang tinggi, seseorang dapat melakukan beberapa upaya berikut:

Rutin Beribadah: Melakukan ibadah wajib dan sunnah secara konsisten, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa, untuk menjaga kedekatan dengan Allah.

Taubat dan Istighfar: Selalu memohon ampunan kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan, serta berusaha memperbaiki diri.

Zikir dan Meditasi: Mengamalkan dzikir (sebutan nama Allah) dan refleksi spiritual untuk membersihkan hati dari pikiran dan perasaan negatif.

Menjaga Lingkungan: Berada dalam lingkungan yang positif dan mendukung iman, serta menjauhi lingkungan atau aktivitas yang dapat merusak moral.

Menjaga Akhlak: Berusaha memiliki akhlak yang baik, seperti jujur, sabar, dan rendah hati, serta menghindari sifat buruk seperti iri hati, marah, dan sombong.

Menghindari Dosa dan Maksiat: Berusaha untuk menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta menjauhi kebiasaan yang dapat membawa kepada dosa.

Pendidikan Spiritual: Mempelajari agama dengan mendalam melalui kitab-kitab, ceramah, dan bimbingan dari ulama untuk memahami ajaran Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berbuat Kebaikan: Aktif melakukan amal kebaikan, seperti bersedekah dan membantu sesama, yang dapat meningkatkan kualitas iman dan membersihkan hati.

Self-Reflection: Melakukan introspeksi secara berkala untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki kelemahan yang ada.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, seseorang dapat menjaga hati tetap bersih dari "karat" dan memastikan kualitas iman tetap tinggi dan kokoh.

Mari menjaga hati agar tidak berkarat merupakan langkah penting untuk mendapatkan kualitas keimanan yang tinggi di hadapan Allah. Dengan menjaga hati tetap bersih, konsisten dalam ibadah, dan memperbaiki diri, sehingga dapat memastikan bahwa keimanan  tetap kuat dan diterima di sisi Allah. Teruslah berusaha memperbaiki diri, memperbanyak amal baik, dan selalu meminta pertolongan serta ampunan dari-Nya agar hati tetap bersih dan iman tetap terjaga.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top