Oleh: Supiati, S. Ag .  M. Sos

Sekretaris IPARI Kota Banda Aceh

Ziarah ke Thaif. Ziarah kami kali ini ke thaif, yang merupakan tempat sangat bersejarah dalam dakwah Rasulullah, bagai mana Dikisahkan Rasulullah di tolak oleh masyarakat Thaif hingga Malaikat Jibril marah.

Bersama  jamaah Al Mabrur yang di pimpin Waled Abdul Mutaleb Singgah sejenak di Masjid Abdullah bin 

Abbas. Masjid Abdullah bin Abbas, adalah salah satu masjid terkenal di Thaif yang dikenal karena sejarahnya yang kaya dalam konteks Islam. Abdullah bin Abbas sendiri adalah sepupu Rasulullah Muhammad (Saw) dan salah satu sahabatnya yang paling terkemuka dalam memahami Al-Quran dan hadis.

Masjid ini sering dikunjungi oleh umat Islam yang melakukan ziarah ke Thaif untuk menghormati warisan ilmiah dan spiritual dari Abdullah bin Abbas serta untuk merenungkan peran penting Thaif dalam sejarah dakwah Islam. Masjid ini juga menjadi pusat pembelajaran dan pengajaran agama Islam di kawasan tersebut.

Bagi para pengunjung, mengunjungi masjid ini memberikan kesempatan untuk mendalami lebih jauh kisah-kisah keislaman yang berkaitan dengan Thaif dan peran ulama besar seperti Abdullah bin Abbas dalam menyebarkan ajaran Islam.

Kisah Rasulullah saat  di Thaif adalah salah satu momen penting dalam sejarah dakwah Islam. Ketika Rasulullah Muhammad (Saw) pergi ke Thaif untuk menyebarkan dakwah Islam, beliau menghadapi penolakan yang sangat keras dari penduduk Thaif. Mereka tidak hanya menolak ajaran Islamnya tetapi juga melempari beliau dengan batu-batu sampai beliau terluka.

Pada saat itu, Rasulullah Muhammad (Saw) merasa sangat kecewa dan sedih atas penolakan yang begitu besar ini. Beliau bahkan berdoa kepada Allah Swt dengan perasaan penuh ketidakpastian dan keputusasaan. Malaikat Jibril kemudian datang kepada beliau di Thaif dan menawarkan bantuan dari Allah Swt. Jibril menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif atas perlakuan mereka terhadap Rasulullah. Namun, Rasulullah Muhammad (Saw) dengan belas kasih memohon agar mereka diberi kesempatan untuk menemukan kebenaran dan menerima Islam.

Ini menunjukkan betapa besar ketabahan dan kebesaran hati Rasulullah dalam menghadapi tantangan dan penolakan dalam misi dakwahnya. Kejadian ini juga menegaskan pentingnya belas kasih dan kesabaran dalam menyampaikan pesan Islam kepada semua orang, meskipun menghadapi kesulitan dan rintangan yang besar.

Melewati cerita dari ziarah Masjid Abdullah bin Abbas,  kami  menemukan masjid lain yang menarik seperti Masjid Ali bin Abi Thalib. Masjid ini terkenal karena keasrian dan keindahannya, serta karena hubungannya dengan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam, yaitu Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah dan suami dari Fatimah, putri Rasulullah.

Mengunjungi Masjid Ali bin Abi Thalib memberi kesempatan kepada para ziarah untuk merenungkan kehidupan dan warisan spiritual Ali bin Abi Thalib, yang dikenal karena keberaniannya, kebijaksanaannya, dan komitmennya terhadap Islam. Tempat suci ini juga menjadi tempat untuk berdoa dan merenungkan nilai-nilai keagamaan yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib.

Dengan menjelajahi masjid ini, pengunjung dapat memperdalam pemahaman mereka tentang sejarah Islam dan mengeksplorasi lebih dalam tentang peran sentral tokoh-tokoh utama seperti Ali bin Abi Thalib dalam pengembangan agama dan budaya Islam.

Selain itu kami juga mengunjungi pabrik parfum di Thaif menambah dimensi baru dalam pengalaman ziarah , menunjukkan bagaimana aroma dan keindahan alam dapat menjadi bagian penting dari perjalanan spiritual dan budaya. Pabrik parfum di Thaif terkenal dengan produksi yang menggunakan bahan-bahan alami dan tradisional yang khas dari daerah tersebut, memberikan peluang bagi pengunjung untuk mengeksplorasi warisan aromatik dan keindahan alam yang unik dari Thaif.

Selain mengunjungi tempat-tempat suci dan sejarah, menghadiri pabrik parfum memungkinkan kami untuk melihat bagaimana keahlian lokal dalam pembuatan parfum dijaga dan diwarisi dari generasi ke generasi. Ini juga memberikan kesempatan untuk memahami bagaimana aroma yang menyenangkan dapat memperkaya pengalaman ziarah dan memberikan kenangan yang tak terlupakan dari perjalanan kami di Thaif.

Kesan yang  alami di Thaif, seperti banyaknya kaktus Arab di pinggir jalan dan jajaran   perbukitan yang sedang berbuah, menambah kekayaan pengalaman ziarah  dengan elemen alam dan keindahan alami yang unik dari daerah tersebut.

Kaktus Arab sering kali tumbuh subur di daerah kering seperti Thaif dan memberikan pemandangan yang indah serta kesan keberlanjutan alam yang kuat dalam wilayah tersebut.

Selain itu, buah- buah kaktus tersebut  menambah sentuhan khusus pada perjalanan spiritual, menawarkan kesempatan untuk menikmati keindahan alam dan kehidupan tumbuhan setempat yang berlimpah.

Kata Mutawwif buah tersebut enak rasanya dan membangkitkan rasa penasaran saya untuk mencoba sensasi rasa.

Mencoba rasa buah kaktus Arab atau "barsyumi" bisa menjadi pengalaman kuliner yang menarik saat  berada di Thaif. Buah kaktus Arab, atau yang sering disebut sebagai buah tunas (prickly pear) di beberapa budaya, memiliki rasa yang manis dan segar dengan tekstur yang unik. Biasanya buah ini dikonsumsi setelah kulitnya yang berduri dilepas, dan bagian dalamnya dapat dimakan langsung, rasanya manis dengan sedikit rasa segar, dan kandungan airnya yang tinggi membuatnya menyegarkan untuk dinikmati, bijinya seperti biji mengkudu atau diolah menjadi jus atau makanan lainnya. Sensasi rasa ini sangat daya nikmati, Alhamdulillah. 

Ini adalah momen yang memperdalam hubungan dengan alam dan memungkinkan kita untuk menikmati keindahan ciptaan Allah SWT yang tersaji begitu alami di Thaif.

Saat pulang menuju mekkah kami singgah dan shalat zuhur dan asar di masjid  qarnul manazil

Masjid Qarnul Manazil adalah sebuah masjid yang terletak di sepanjang rute antara Mekah dan Madinah. Qarnul Manazil dan Al Sail Al Kabir adalah salah satu dari lima miqat yang ditetapkan dalam agama Islam. Qarnul Manazil terletak sekitar 94 kilometer di sebelah timur Kota Makkah, . Di sana, jamaah haji atau umrah harus memasuki ihram dan mengucapkan niat untuk memulai ibadah mereka.

Sejarah Qarnul Manazil ini masih memiliki keterkaitan dengan kisah Nabi Muhammad SAW di Thaif. Yaitu kisah pertemuan Nabi dengan Malaikat Jibril. Ketika itu, dalam tahun ke-10 kenabian (619 M), Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas sikap dan perlakuan penduduk Makkah dan Thaif terhadap beliau.

Pada perjalanan kembali dari Thaif yang mengecewakan itu, Nabi Muhammad bertemu dengan Malaikat Jibril di Qarnul Manazil. Malaikat Jibril membawa pesan dari Allah SWT untuk menghibur dan memberi semangat kepada Nabi Muhammad dalam menghadapi cobaan dan tantangan yang berat tersebut. Peristiwa ini menandai momen penting dalam sejarah Islam karena menunjukkan ketabahan dan keteguhan hati Nabi Muhammad dalam mengemban risalahnya meskipun menghadapi berbagai kesulitan.

Kisah ini diabadikan Allah 

dalam Al-Quran yang menceritakan kisah Rasulullah Muhammad SAW di Thaif adalah dari Surah Al-Anfal (8:33):

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Terjemahannya:

"Dan Allah tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan Allah tidak akan mengazab mereka sedang mereka memohon ampun." (QS. Al-Anfal: 33)

Ayat ini menunjukkan ketika Rasulullah berada di Thaif dan menghadapi kesulitan serta penolakan dari penduduknya, Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan mengazab mereka selama Rasulullah masih berada di tengah-tengah mereka dan selama mereka memohon ampun kepada-Nya.

Semoga pengalaman ziarah Anda di Thaif terus memberikan inspirasi dan kedalaman spiritual yang memperkaya hati dan pikiran kita, sebagai hamba Allah yang selalu bersyukur.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top