Oleh: Nursalmi, S.Ag
Penulis Buku Madrasah Ramadan
Dalam kondisi seperti ini, kita disarankan untuk bermuhasabah, memperbanyak istighfar, dan bertaubat kepada Allah. Kemarau dan kekeringan yang berkepanjangan, serta bencana alam lainnya, bisa jadi disebabkan oleh banyaknya kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Kemaksiatan bahkan sudah dilakukan secara terang-terangan tanpa rasa takut kepada Allah dan malu di hadapan khalayak ramai.
Taubat dan Shalat Istisqa'
Sekretaris Dinas Syariat Islam Aceh Tgk. H. Muhibuthibri saat mengisi kajian rutin muslimah di di Menasah Gampong Lambheu, Minggu (21/7/2024) mengatakan, bencana terjadi akibat kemaksiatan, dan bencana akan berhenti dengan bertaubat kepada Allah. Allah akan memaafkan orang-orang yang sadar akan dosa-dosa mereka dan segera bertaubat kepada-Nya.
Allah SWT berfirman: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu" (QS. Asy Syuraa: 30).
Kemarau dan kekeringan juga terjadi karena banyak orang yang enggan membayar zakat dan adanya kecurangan dalam transaksi jual beli. Rasulullah SAW bersabda: "Jika suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, maka mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan."
Kemaksiatan manusia adalah penyebab datangnya azab Allah. Bumi kering, longsor terjadi, dan jika hujan turun, sering kali membawa bencana banjir. Namun, jika umat beriman dan bertakwa, maka keberkahan dari langit dan bumi akan datang.
Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 96: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Pada masa Rasulullah SAW, kemarau panjang pernah terjadi. Hujan tidak turun, dan tanah Arab dilanda kekeringan. Para sahabat mengadu kepada Rasulullah SAW, yang kemudian memerintahkan untuk melaksanakan shalat Istisqa'.
Prosedur Shalat Istisqa'
Dalam hadits dari Aisyah Radhiallahu’anha, diceritakan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tanah lapang dan mengajak orang-orang berkumpul pada hari yang ditentukan. Rasulullah SAW keluar ketika matahari mulai terlihat, duduk di mimbar, bertakbir, memuji Allah, dan berdoa memohon hujan. Beliau mengangkat kedua tangannya, membalikkan punggungnya dan posisi selendangnya, lalu menghadap orang-orang dan shalat dua raka’at. Allah pun mendatangkan awan dan hujan turun dengan izin-Nya.
Dalam menghadapi musim kemarau, kaum muslimin diperintahkan untuk melaksanakan shalat Istisqa', didahului dengan taubat, memperbanyak zikir, dan istighfar. Kaum muslimin juga dianjurkan membayar zakat, berpuasa, memperbanyak sedekah, meninggalkan kezaliman dan kemewahan, serta merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
Pada masa Rasulullah, beliau berkhutbah di tanah lapang, menyuruh orang-orang bertaubat dan berdoa kepada Allah. Doa beliau dikabulkan dan hujan pun turun. Seluruh kaum muslimin bersyukur kepada Allah atas rahmat yang diberikan.
Tetap Berdoa dan Berusaha
Ada beberapa wilayah yang telah melaksanakan shalat Istisqa', namun hujan belum turun. Kita tidak boleh berputus asa, tetap berhusnuzzon kepada Allah, meningkatkan ketakwaan, berdoa, dan memperbanyak amal shaleh. Shalat Istisqa' dilaksanakan terus sampai Allah menurunkan hujan. Kita harus meyakini bahwa Allah Maha Pemberi rizki dan yang Maha Kuasa menghentikan bala kemarau.
Usaha dan doa adalah bentuk ibadah untuk mendapatkan pahala, berharap dihapuskan dosa-dosa, serta dijauhkan dari azab dan bala. Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan doa hamba-Nya.
Teungku menutup pengajian dengan mengajak kita bertaubat kepada Allah, meninggalkan maksiat, memperbanyak sedekah, berzikir, dan berdoa. Bermohon kepada Allah agar dijauhkan dari bala dan kemarau. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan hujan segera turun. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.
Editor: Sayed M. Husen
0 facebook:
Post a Comment