Dekan FAH UIN Ar-Raniry, Syarifuddin, MAg PhD dalam sambutannya menegaskan pentingnya ketangguhan bagi para sarjana dalam menghadapi keragaman yang akan mereka temui, baik di lingkungan kampus maupun dunia kerja.
"Kampus dan dunia kerja adalah lingkungan sosial yang sangat heterogen, di mana kita berinteraksi dengan berbagai macam latar belakang sosial, budaya, dan akademik. Para sarjana harus mampu menghadapi perbedaan ini dengan mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan, kebhinekaan, serta Islam yang moderat dan inklusif," ujar Syarifuddin.
Syarifuddin juga mengingatkan bahwa kesuksesan tidak bisa diraih secara instan. "Segala sesuatu memerlukan proses. Bahkan untuk membuat mie instan pun, kita harus menunggu beberapa menit. Seperti yang dikatakan oleh seorang bijak, 'Kamu tidak bisa mengubah masa depanmu. Tapi kamu bisa mengubah kebiasaanmu. Dan kebiasaanmu akan mengubah masa depanmu,'" tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Syarifuddin juga mendorong para lulusan untuk terus keluar dari zona nyaman dan berani menghadapi tantangan baru. "Untuk mencapai impian, kita harus berani melawan ego dan keluar dari zona aman," tambahnya.
Syarifuddin kemudian menutup sambutannya dengan menyoroti tiga karakter penting yang harus dimiliki seorang sarjana di dunia kerja, yaitu kemampuan beradaptasi dan berkolaborasi, integritas yang konsisten, serta sikap rendah hati.
Sementara itu, Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kelembagaan FAH UIN Ar-Raniry, Nazaruddin MLIS PhD, melaporkan bahwa dari 169 lulusan tersebut, 58 di antaranya adalah laki-laki dan 111 perempuan.
Kemudian, sebanyak 38 orang berhasil meraih predikat Cum Laude, 47 lulusan dengan predikat Pujian, 82 lulusan dengan predikat Sangat Baik, dan 2 orang dengan predikat Baik.
Nazaruddin juga menyebutkan bahwa dengan penambahan 37 lulusan dari Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), 56 lulusan dari Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (BSA), dan 76 lulusan dari Program Studi Ilmu Perpustakaan, total alumni FAH UIN Ar-Raniry saat ini telah mencapai 3.528 orang.
Selain prosesi yudisium, acara tersebut juga diisi dengan orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof Dr Phil Abdul Manan, MSc MA dosen Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, dengan tema “Generasi Muda dan Tantangan Kebudayaan di Era Society 5.0”.
Dalam orasinya, Prof Manan menekankan bahwa generasi muda memiliki peran kunci dalam menghadapi perubahan di era Society 5.0, di mana teknologi digital menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Menurutnya, teknologi dapat memberikan manfaat besar jika digunakan secara bijak, tetapi harus disertai dengan iman dan etika yang kuat.
"Budaya adalah sektor yang paling rentan terhadap dampak dari Era Society 5.0. Tanpa strategi yang tepat, budaya lokal kita bisa semakin tergerus," ujar Prof Manan.
Prof Manan juga mengajak para lulusan untuk bangga menggunakan bahasa daerah sebagai identitas budaya. "Bahasa adalah identitas kita. Jangan pernah malu atau minder menggunakan bahasa daerah, karena itu adalah warna kebudayaan yang harus kita hormati dan banggakan," pungkas peneliti BRIN ini.
Pada kesempatan yang sama, penghargaan diberikan kepada tiga lulusan terbaik dari masing-masing program studi, yaitu Budi Irman dari Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan IPK 3,83, Nurhafidhah dari Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) dengan IPK 3,82, dan Fefi Mulia Utami dari Program Studi Ilmu Perpustakaan dengan IPK 3,63, semuanya dengan predikat Cum Laude.
Selain itu, Sukses Abadi Waruhu, mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan yang juga Raja Baca Aceh Wakil II tahun 2019 dan Duta Wisata Aceh Tengah Wakil II tahun 2019, menyampaikan kesan dan pesannya mewakili para peserta yudisium.*
0 facebook:
Post a Comment