Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat
Berkaitan dengan hal tersebut, mari kita baca firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Kahfi ayat 23 dan 24 berikut ini: "Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, 'Aku pasti akan melakukan itu besok pagi,' kecuali dengan mengatakan In Sya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk agar aku lebih dekat (kebenaran) dari pada ini."
Kaitannya dengan Nabiullah Sulaiman as adalah beliau seorang nabi dan rasul yang memiliki kekayaan dan kemampuan memahami bahasa semua makhluk di muka bumi ini. Ketaatannya kepada Rabbnya mengalahkan segala yang ia miliki. Harta dan istana yang megah dengan berbagai kemilau intan berlian tidak membuatnya hanyut dalam buaian. Kerajaan dan kekuasaan besar dengan bala tentara yang terdiri dari beragam makhluk di permukaan bumi, termasuk makhluk ghaib, tidak menghalanginya untuk tetap mengabdikan diri kepada-Nya. Namun, sebagai insan biasa, ia juga tidak lepas dari ketidaksempurnaan seorang hamba.
Kemampuannya berdakwah sungguh luar biasa hingga dapat menundukkan seorang ratu kerajaan Saba yang sangat cantik, cerdik, dan cerdas. Ia mampu menaklukkan kerajaan besar Ratu Balqis beserta rakyatnya, sehingga semua bertekuk lutut di bawah kerasulan Sulaiman. Namun, Allah tetap segalanya bagi hamba muttaqin ini. Demikianlah di antara isi pengajian rutin muslimah mingguan di Dayah Thalibul Huda Bayu Lamcot, Abi Hasbi Al-Bayuni.
Abi juga menjelaskan keutamaan kalimat thayyibah Insya Allah yang berkaitan dengan kisah Nabi Sulaiman pada masa kenabiannya. Allah Swt telah membuktikan kebesaran-Nya melalui hamba-hamba yang lalai memuji-Nya. Untuk memahami lebih lanjut, mari kita simak kisah inspiratif ini.
Nabi Sulaiman as memiliki 70 orang istri dengan harapan setiap istrinya dapat memiliki keturunan anak laki-laki yang banyak dan shalih, sehingga dapat menjadi penerus untuk menegakkan kebaikan di muka bumi ini, sebagai fisabilillah melanjutkan risalah kepada umatnya.
Keinginan Nabi Sulaiman tentu saja diketahui oleh para malaikat, sehingga malaikat memerintahkan Nabi Sulaiman agar selalu bergantung kepada Allah dengan menyebutkan kalimat Insya Allah sebagai keyakinan bahwa semua keinginan akan terjadi atas izin Allah. Namun, Nabi Sulaiman tidak mengucapkannya.
Abi Hasbi melanjutkan kisahnya, waktu demi waktu ternyata keinginan Nabi Sulaiman tidak kunjung datang. 70 orang istrinya tidak ada yang dapat melahirkan seorang anak pun untuknya, kecuali hanya seorang istrinya yang bisa mengandung. Namun, anak yang dilahirkan cacat dan tidak sempurna. Ia terdiri dari sebagian bentuk manusia dan sebagian lagi sejenis makhluk jin. Sehingga tujuan Nabi Sulaiman untuk meneruskan keturunan yang banyak tidak terwujud.
Di masa Rasulullah saw, kisah tersebut dijadikan sebuah pembelajaran berharga. Rasulullah saw berkata kepada para sahabat, seandainya Nabi Sulaiman mengucapkan kalimah thayyibah Insya Allah sebagaimana dianjurkan para malaikat, maka keinginannya pasti akan tercapai. Namun, sayang Sulaiman tidak mengucapkannya.
Sulaiman menyadari kesalahan dan memohon ampun kepada Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, mengampuni kesalahan Nabi Sulaiman dengan tetap diberi hukuman sebagai penebus kesalahannya. Ia tidak diberi keturunan seorang pun kecuali hanya seorang anak cacat.
Dari kisah tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa manusia tidak kuasa melakukan apa saja kecuali dengan izin Allah. Maka, bergantunglah hanya kepada-Nya dengan ucapan Insya Allah, yang artinya jika Allah menghendaki. Karena jika Allah tidak menghendaki maka semua tidak akan terjadi. Bergantung kepada Allah sebagai bentuk penghambaan diri bahwa kita hanya makhluk lemah dan tiada daya upaya tanpa kehendak-Nya. Semakin banyak memuji, maka Allah akan semakin cinta kepada hamba-Nya.
Editor: Sayed M. Husen
0 facebook:
Post a Comment