Oleh: Syahrati, M.Si
Penyuluh Agama Islam Bireuen
Meskipun praktis, tren ini menimbulkan kekhawatiran karena sering kali mengabaikan prinsip syariat dalam menutup aurat secara sempurna. Tidak jarang dagu terlihat, leher atau bagian dada tidak tertutup dengan baik, sehingga makna hijab sebagai pelindung kehormatan wanita mulai terkikis, padahal hijab bukan sekadar kain penutup kepala, melainkan simbol ketaatan seorang muslimah kepada perintah Allah SWT.
Fenomena jilbab tanpa peniti semakin mudah ditemukan, terutama dengan pengaruh besar dari selebgram hijab dan influencer. Berbagai tutorial hijab modern di media sosial menjadikan jilbab tanpa peniti pilihan utama karena penggunaannya yang praktis dan tidak memakan waktu lama. Bagi sebagian muslimah, alasan kenyamanan dan efisiensi waktu menjadi pertimbangan utama. Pada sisi lain, penggunaan jilbab seperti ini sering kali melupakan tujuan utama berhijab, yaitu menutup aurat sesuai tuntunan syariat.
Antara Syariat dan Tren
Jilbab dalam Islam bukan hanya soal gaya, tetapi lebih kepada perintah syariat yang harus ditaati. Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya...” (QS. An-Nur: 31).
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’” (QS. Al-Ahzab: 59).
Ayat-ayat ini menegaskan, jilbab harus menutupi tubuh dengan baik, termasuk bagian dada, tanpa memperlihatkan bentuk tubuh maupun aurat lainnya. Syarat jilbab yang benar adalah tidak tipis, tidak ketat, dan menutupi seluruh aurat kecuali wajah dan telapak tangan.
Dampak Positif dan Negatif Tren
Dampak dari tren ini bisa bersifat positif maupun negatif. Satu sisi, meningkatnya jumlah muslimah yang mengenakan jilbab patut disyukuri sebagai langkah awal menuju ketaatan, namun di sisi lain, jika pemahaman tentang jilbab yang benar tidak diperkuat, tren ini berisiko mengaburkan esensi hijab sebagai penjaga kehormatan wanita muslimah.
Jilbab yang asal dipakai tanpa memperhatikan aurat yang seharusnya tertutup akan mengurangi makna hijab itu sendiri. Karena itu, setiap muslimah perlu memperbaiki niat berhijab. Berhijab seharusnya dilakukan karena Allah SWT, bukan karena tuntutan gaya atau lingkungan. Dengan niat yang benar, insyaAllah kita akan merasa lebih tenang dan bangga mengenakan hijab yang sesuai syariat.
Tanpa Mengorbankan Ketaatan
Fesyen dan ketaatan sebenarnya tidak harus bertentangan. Selama fesyen hijab modern tetap mengacu pada tuntunan agama, muslimah dapat tampil menarik tanpa mengorbankan nilai-nilai ketaatan. Tren hijab boleh saja berkembang, tetapi jangan sampai nilai-nilai syariat dikorbankan.
Hijab yang benar akan memuliakan wanita muslimah, baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman: “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.” (QS. Al-Ahzab: 59).
Dengan mengenakan jilbab sesuai syariat, telah melindungi diri, sekaligus menunjukkan identitas sebagai muslimah yang beriman dan taat. Semoga setiap langkah kita dalam berhijab menjadi bentuk ibadah yang diridhai oleh Allah SWT.
0 facebook:
Post a Comment