Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Wawasan Religius dan Inspirasi


Setiap orang yang masuk Islam pada masa Jahiliyah, sakan menghadapi siksaan, baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda, tanpa memandang suku dan status. Tak seorang pun luput dari ancaman dan kekerasan yang sering kali berujung pada kematian sebagai syuhada.

Salah satu mukminah shalihah yang turut merasakan derita ini adalah Zinnirah Ar-Rumiyyah. Sejak awal memeluk Islam, ia menghadapi ancaman besar yang akhirnya menyebabkan kebutaan. Kebutaan tersebut bukanlah karena penyakit, melainkan akibat penyiksaan berat yang dideritanya. Kisah ini menyimpan pelajaran berharga tentang keteguhan iman dan kesabaran.

Dalam buku 66 Muslimah Pengukir Sejarah, Ummu Isra' binti Arafah mengisahkan Zinnirah Ar-Rumiyyah, seorang budak dari Bani Makhzum yang merupakan salah satu wanita pertama yang masuk Islam. Setelah memeluk agama Allah, Zinnirah mengalami kebutaan yang membuatnya harus bersabar dalam gelapnya dunia.

Abu Jahal dan orang-orang musyrik menyiksanya dengan keji. Mereka menggunakan besi panas, seperti yang digunakan untuk menandai hewan ternak, dan menempelkannya ke kulit Zinnirah hingga ia terluka parah. Selain itu, mereka juga mempermainkan matanya hingga kebutaan pun menimpanya. Dengan penuh kesakitan, Zinnirah tetap bersabar. Tak cukup di situ, mereka mengatakan bahwa kebutaannya adalah akibat murka dewa-dewa mereka, Latta dan Uzza.

Perkataan tersebut tidak menggoyahkan keimanan Zinnirah. Ia tahu Latta dan Uzza hanyalah berhala yang tidak memiliki kekuatan sedikit pun. Jangankan memberi manfaat atau mudarat kepada orang lain, untuk sekadar berdiri tegak saja mereka tidak mampu. Keyakinan Zinnirah terhadap ketetapan Allah Swt semakin kuat. Keikhlasan menjadi penyejuk hatinya di tengah derita.

Kebutaan tidak menghentikan Zinnirah dari beribadah. Justru, dalam keadaan demikian, keimanannya semakin kokoh. Ia tak pernah patah semangat. Ibadahnya yang khusyuk menghilangkan kepedihan dan membuat hatinya dipenuhi cahaya iman. Meskipun matanya buta, hati dan jiwanya tetap bersinar dengan cahaya Ilahi.

Ummu Isra' mencatat, bahwa siksaan seperti ini mungkin sulit ditanggung oleh kebanyakan laki-laki, namun Zinnirah mampu menerimanya dengan penuh ketabahan. Dengan seluruh jiwa dan raga, ia berserah diri kepada Allah, meyakini bahwa ujian ini adalah bentuk kasih sayang-Nya untuk menguji keimanan hamba-Nya yang shalihah.

Keteguhan iman Zinnirah menembus relung hatinya. Kesabaran menjadi kunci utama dalam menghadapi ujian berat, hingga terasa ringan. Allah Swt pun tidak membiarkan ujian itu berlarut-larut. Dengan kekuasaan-Nya, Allah menyembuhkan kebutaan Zinnirah. Ini adalah bukti nyata bahwa kasih sayang Allah lebih besar dari segala ujian. "Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS Ar-Rahman: 13).

Siksaan yang dialami Zinnirah justru mengangkat derajatnya di sisi Allah. Keteguhan imannya membuktikan manisnya keimanan mampu mengalahkan segala penderitaan. Keajaiban pun terjadi, Zinnirah sembuh dan dapat kembali melihat. Kebahagiaan dan rasa syukur menyelimuti hatinya.

Kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Sesungguhnya, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, sementara manusia adalah makhluk yang lemah dan tak berdaya. Mari kita jadikan kisah Zinnirah sebagai inspirasi untuk menjadi hamba Allah yang ikhlas, taat, dan penyabar dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Yakinlah bahwa kebenaran pada akhirnya akan selalu mengalahkan kebatilan dan kezaliman.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top