Dalam sambutannya, Dekan FAH UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Syarifuddin MAg PhD menyampaikan selamat kepada para lulusan yang telah berhasil menyelesaikan studi di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Ia menekankan bahwa yudisium bukan akhir dari perjalanan akademik, melainkan awal dari tantangan baru di dunia kerja dan masyarakat.
"Menyandang gelar sarjana bukan berarti proses belajar selesai. Dunia terus berkembang dan tantangan akan selalu ada. Oleh karena itu, penting bagi para lulusan untuk tetap menjadi pembelajar seumur hidup," ujar Syarifuddin.
Ia mengibaratkan perjalanan hidup seperti ombak di tepi pantai, yang mengalami pasang dan surut. "Namun, seperti bulan sabit yang muncul di ufuk timur, purnama pun akan datang pada waktunya," tambahnya.
Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kelembagaan Nazaruddin MLIS PhD melaporkan bahwa semester ini FAH UIN Ar-Raniry meluluskan 79 mahasiswa terdiri dari 24 laki-laki dan 55 perempuan. Dari jumlah tersebut, 5 orang meraih predikat Cum Laude, 45 orang memperoleh predikat Pujian, dan 29 orang mendapat predikat Sangat Baik.
Salah satu lulusan internasional, Khaleeda Iman Binti Khalid dari Malaysia berhasil menyelesaikan studinya dalam tujuh semester dengan predikat Cum Laude dan IPK 3,77.
"Adapun rincian lulusan per program studi yakni Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) sebanyak 21 lulusan, Bahasa dan Sastra Arab (BSA) 22 lulusan, serta Ilmu Perpustakaan 36 lulusan," jelas Nazaruddin.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Sejarah Islam Prof Dr Inayatillah MAg menyampaikan orasi ilmiah bertema "Sinergi Hard Skill dan Soft Skill: Modal Sukses di Dunia Kerja."
Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh 2019-2023 ini menekankan pentingnya keseimbangan antara keterampilan teknis (hard skill) dan keterampilan interpersonal (soft skill). Menurutnya penguasaan ilmu saja tidak cukup tanpa kemampuan komunikasi, kerja sama tim, serta adaptasi terhadap perubahan.
"Banyak lulusan memiliki sertifikasi keahlian, tetapi kesulitan dalam bekerja sama dan beradaptasi dengan lingkungan kerja. Oleh karena itu, pengembangan soft skill seperti kepemimpinan, empati, dan integritas sangat diperlukan," ujarnya.
Prof Inayatillah juga mengingatkan bahwa dalam skala nasional, kurangnya kemampuan bersinergi dan lemahnya etika kerja menjadi tantangan besar. Ia mencontohkan bahwa budaya gotong royong yang diwarisi masyarakat Indonesia sering kali tidak tercermin dalam praktik kolaborasi profesional.
Perwakilan mahasiswa, Namira Ramadhani menyampaikan kesan dan pesan atas nama para lulusan. Ia mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya atas pencapaian ini serta mengajak rekan-rekannya untuk terus belajar dan berkembang.
“Kami sadar bahwa perjalanan ini belum berakhir. Semoga ilmu yang telah kami dapatkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kerja,” tuturnya.
Sebagai bentuk penghargaan Fakultas Adab dan Humaniora memberikan penghargaan (Bungong Jaroe) kepada tiga lulusan terbaik dari masing-masing program studi yakni Namira Ramadhani (BSA) dengan IPK 3,88 (Cum Laude), Nahrisya Fajria (IP) dengan IPK 3,73 (Pujian) dan M. Fadil Ilham (SKI) dengan IPK 3,72 (Pujian).*
0 facebook:
Post a Comment