Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis Buku Wawasan Religius dan Inspirasi
Penyuluh KUA Darul Kamal, Aceh Besar, Aidil Mustafa, menjelaskan, mahar dapat berupa sesuatu yang bermanfaat, tidak terbatas pada benda material. Mahar juga bisa berupa sesuatu yang abstrak seperti pengajaran, hafalan ayat Al-Qur'an, dan sejenisnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik perempuan adalah yang maharnya ringan, dan sebaik-baik laki-laki adalah yang membawa mahar dalam jumlah banyak."
Fatimah Binti As-Samarqandi
Fatimah binti As-Samarqandi seorang muslimah sejati yang menikah dengan Abu Bakar Al-Kasani, pengarang kitab Al-Badaa-i. Fatimah adalah putri seorang ulama besar, Muhammad bin Ahmad bin Abi Ahmad Abu Bakar Alauddin As-Samarqandi, penulis kitab Tuhfatul Fuqaha. Fatimah sendiri merupakan seorang ahli fikih terkemuka yang disegani karena kedalaman ilmunya.
Kitab Tuhfatul Fuqaha yang ditulis oleh ayahnya menjadi rujukan penting pada masanya, termasuk bagi Abu Bakar Al-Kasani, murid As-Samarqandi. Setelah menyelesaikan kitab Al-Badaa-i—sebuah syarah atas kitab Tuhfatul Fuqaha—Al-Kasani mempersembahkannya kepada gurunya. Sang guru merasa bangga dan menikahkan putrinya, Fatimah, dengan menjadikan kitab tersebut sebagai mahar pernikahan mereka.
Kisah ini kemudian dikenal dengan ungkapan, "Dia mensyarahkan kitab Tuhfa dengan menikahi putrinya."
Keilmuan Fatimah
Fatimah dikenal sebagai sosok wanita berilmu yang luar biasa. Dalam beberapa kesempatan, ia bahkan mengoreksi fatwa suaminya yang dianggap keliru. Fatwa-fatwa yang keluar dari rumah mereka selalu melalui persetujuan bersama antara Fatimah, ayahnya, dan suaminya.
Selain itu, Fatimah mengelola halaqah ilmu yang dihadiri banyak ulama besar. Meskipun berilmu tinggi, ia tetap rendah hati, sederhana, dan menjauhkan diri dari riya. Ia juga menjaga kehormatan dan batasan syariat, termasuk dengan mengajar dari balik tirai untuk menghindari ikhtilath.
Kedekatan dengan Raja
Fatimah hidup sezaman dengan Raja Nuruddin Asy-Syahid, seorang pemimpin adil dan tegas di Suriah Utara. Raja sering meminta nasihat Fatimah terkait berbagai persoalan kenegaraan. Fatimah memberikan pandangan yang berlandaskan fikih dan hadits, menjadikannya salah satu sosok wanita berpengaruh pada masanya.
Pelajaran Kisah Fatimah
Kisah Fatimah binti As-Samarqandi mengajarkan, wanita muslimah dapat meraih kedudukan tinggi dan mulia melalui ilmu, akhlak, dan ketakwaan. Dengan keilmuan yang dimilikinya, ia mampu memberikan manfaat bagi banyak orang, termasuk kaum laki-laki.
Semoga kita dapat meneladani sosok Fatimah binti As-Samarqandi—perempuan cerdas, berilmu tinggi, zuhud, dan wara'. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun usaha menjadi hamba yang terbaik adalah bentuk ikhtiar kita sebagai manusia.
0 facebook:
Post a Comment