Dalam tausiahnya, Prof. Armiadi mengangkat tema pentingnya muhasabah diri menjelang bulan suci Ramadhan. Ia memulai tausiah dengan mengutip penjelasan dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah tentang bahaya perilaku tertipu oleh amal ibadah.
“Di antara yang tertipu adalah orang yang menduga ibadah yang dilakukannya sudah lebih banyak dan memadai dibandingkan maksiatnya. Ini merupakan perilaku buruk yang dapat mengganggu niat dan semangat ibadah kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan, yang lebih buruk dari itu sikap merasa ibadah diri lebih baik dibandingkan dengan ibadah orang lain. Menurutnya, kesombongan dalam ilmu dan ibadah menjadi penghalang utama untuk mendekatkan diri kepada Allah.
“Orang-orang berilmu yang menduga ilmunya lebih banyak dari orang lain, itu keangkuhan. Sementara, jika seseorang yang kurang ilmu merasa dirinya pandai dan menganggap orang lain bodoh, itu bentuk kejahilan,” tambahnya.
Dalam tausiah tersebut, Prof. Armiadi menekankan pentingnya muhasabah atau evaluasi diri yang tidak semata-mata dikaitkan dengan momentum tertentu, seperti pergantian tahun.
“Muhasabah seharusnya dilakukan setiap saat dengan tujuan muraqabah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan kesadaran bahwa kita selalu berada dalam pengawasan-Nya,” ujarnya.
Ia meminta jamaah untuk mengevaluasi ibadah dan amal masing-masing. “Kita perlu merenungi bagaimana shalat kita sebelumnya. Umur kita mungkin singkat, tetapi jika kita istiqamah dalam iman dan ibadah, Allah akan ridha memasukkan kita ke dalam surga-Nya,” pesannya.
Mengakhiri tausiah, Prof. Armiadi mengutip hadis Nabi SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya, sedangkan seburuk-buruk manusia yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.”
Ia juga mengingatkan, agar setiap hari yang kita jalani senantiasa lebih baik dari hari sebelumnya. “Mari kita fokus pada amal dan ibadah. Hindari pertengkaran yang tidak membawa manfaat,” pungkasnya. (Sayed M. Husen/Saifuddin A. Rasyid)
0 facebook:
Post a Comment