Oleh Jufri Aswad, S. Ag
Setiap tanggal 27 Rajab Umat Islam memperingati sebuah peristiwa yang sangat penting dan bersejarah yaitu Isra dan Mikraj Nabi Muhammad saw. Isra dan Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab yakni tahun ke-12 kenabian Nabi Muhammad saw. Kisah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Masjidil haram, lalu menuju Sidratul Munttaha menerima perintah shalat lima waktu. Shalat lima waktu yang menjadi inti peristiwa Isra dan Mikraj Rasulullah saw. mengajarkan umat Islam untuk senantiasa menjaga hubungan komunikasi dengan Allah swt. Sang Maha Pencipta.
Tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah untuk mengabdi dan menghambakan diri kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang wajib disembah. Manusia diberikan pendidikan dan pengajaran supaya kedudukannya naik ketingkat yang lebih tinggi.Manusia dilarang untuk membuat kemusyrikan dan kerusakan di bumi, sehingga dapat mendatangkan kemurkaan dari Allah Swt.
Makna Shalat Lima Waktu
Penegasan Allah Swt tentang hakikat dan tujuan hidup manusia adalah “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Az-Zariyat, 51: 56). Ayat ini menjawab pertanyaan untuk apa manusia diciptakan, jawabannya adalah untuk beribadah kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Masyarakat Islam merupakan sebuah masyarakat yang terikat dengan nilai-nilai ilahiyah, dalam tujuan dan orientasi kehidupan. Shalat merupakan sebuah ibadah yang mengandung nilai ilahiyah yang hubungan horizontal antara hamba dan khaliknya. Ibadah shalat menjadikan seorang hamba komitmen selalu berada dalam perjanjian dengan Allah. Shalat adalah kamar rohani dimana ruh membersihkan diri dan hati manusia bersuci lima kali setiap kali, maka tidak tersisa lagi sesuatu kotorannya. Ibadah shalat dengan dampak spiritualnya, zikir-zikirnya, tilawah dan do’a-do’anya merupakan pendidikan terbaik bagi jiwa dan dapat melembutkan nurani.
Shalat merupakan berhadap hati dan jiwa kepada Allah Swt yang mendatangkan rasa takut serta patuh kepada kebesaran dan perintah-Nya dengan melakukan gerakan dan ucapan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”. Ketika seseorang mempunyai keyakinan mentauhidkan Allah dan mempunyai motivasi berbuat kebaikan, maka ibadah menjadi satu kebutuhan. Salah satu ibadah yang diatur ketentuannya oleh Allah swt adalah ibadah shalat.
Shalat menimbulkan ketentraman jiwa
Shalat membentuk budi pekerti. Orang yang rajin melaksanakan shalat bearti temasuk golongan hamba yang mempunyai satu pengakuan atas kebesaran ilahi. Manusia adalah kecil dan lemah. Pemahaman ini akan menimbulkan refleksi suatu akhlak yang utama, yaitu rendah hati sebagai salah satu budi pekerti yang penting dalam kehidupan dan pergaulan. Shalat akan menyucikan jasmani dan rohani. Shalat membersihkan manusia berbagai kotoran, yakni bersih badan dan pakaian dari hadats dan najis, bersih dari dosa, bersih jiwa dari akhlak yang tercela.
Bertambahnya usia tentu berbagai permasalahan hidup juga mengenyangkan aktifitas kehidupan. Permasalahan-permasalahan hidup sangat mempengaruhi beban mental seseorang. Ada beberapa contoh diantaranya masalah ekonomi, konflik dalam kehidupan sosial, dan menghadapi masa tua.
Memelihara Shalat
Memelihara dan menjaga shalat dengan teratur dan disiplin tentunya akan tentunya akan menimbulkan perasaan halus, timbul suatu kesadaran yang tinggi, ketentraman jiwa, rasa solidaritas dan menambah muraqabah (instropeksi) kepada Allah Swt. Orang yang selalu mendirikan shalat akan memiliki sifat sabar, tekun dan mantap jiwanya. Manakala ditimpa suatu cobaan (musibah) diterimanya dengan penuh kesabaran hati, karena memang sudah terbiasa dengan sikap sabar dan jiwanya menyatu dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah shalat.
Mendirikan shalat pada dasarnya suatu proses komunikasi antara hamba dengan khaliknya. Allah akan menerima ibadah shalat tersebut bila dikerjakan dengan benar, ikhlas, dan penuh pengabdian kepada-Nya. Allah Swt akan melepaskan beban-beban pikiran dan kesulitan hidup yang dialami oleh seorang hamba di saat mereka mendirikan shalat. Dan mengabulkan do’a-do’a yang dimohonkan oleh seorang hamba ynag ikhlas penuh berharap kepada Allah Swt. “ Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan, (QS. Al-Fatihah : 6-7)
Apapun status sosial dalam masyarakat, jabatan apa yang kita miliki, sebanyak manapun harta yang kita kejar, dan seindah apapun kesibukan yang kita kerjakan. Namun itu semua tidak bearti apa-apa dan mendatangkan mamfaat abadi bagi kehidupan kita kalau bila waktu azan berkumandang kita tidak bergegas mendirikan shalat. Dan kita termasuk kepada golongan orang-orang yang meringan-ringan kan syari’at Islam dan melalaikan shalat yang telah diperintahkan kepada umat Islam untuk wajib mendirikannya dalam sehari semalam lima waktu.
Manusia tidak menyadari bahwa semua nikmat yang dia miliki baik jabatan, kekayaan, fasilitas kehidupan, dan meningkatnya status sosial yang ia peroleh merupakan anugerah dan pemberian Allah Swt. Termasuk orang-orang sombong bila azan berkumandang tidak bergegas melaksanakan shalat fardhu, dan lebih mementingkan aktifitas rutinitas yang setiap hari kita kerjakan. Allah Swt tidak menyukai orang-orang sombong dan membanggakan diri.
Nilai Persatuan pada Shalat Berjama’ah
Dalam ajaran Islam shalat berjama’ah mempunyai nilai ibadah yang sangat tinggi dibandingkan dengan shalat yang dikerjakan sendiri. Rasulullah Saw menjelaskan bahwa “Shalat dengan jama’ah itu melebihi utamanya shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Didalam shalat berjama’ah terdapat nilai kebersamaan mengwarnai kehidupan. Dimana antara jama’ah saling mengenal dan bersilaturrahmi, penuh keakraban, dan penyerahan diri kepada tujuan yang sama yaitu kepada Allah Swt.
Hikmah shalat berjama’ah itu memberikan nilai-nilai demokrasi, persatuan dalam kehidupan. Dimana tidak ada perbedaan status sosial. Seorang rakyat biasa berhak menempati barisan paling depan karena dia merupakan yang paling awal datang ke masjid. Disamping itu dalam shalat berjama’ah mengandung ajaran kebersamaan dan adanya nilai-nilai kepemimpinan dan adanya orang yang menjadi pengikut. Pengikut imam berhak berhak menegur imam sebagai pemimpin shalat berjama’ah bila melakukan kesalahan dalam pelaksanaan shalat, misalnya bacaan dan gerakannya.
Memakmurkan mesjid bearti menghidupkan rumah Allah dan memupuk semangat persatuan dan kesatuan dikalangan umat Islam. Masjid sebagai sarana berkomunikasi antar jama’ah, dimana ukhuwah terjalin dengan baik. Sangat diperlukan seruan kepada masyarakat, mahasiswa, pelajar untuk senantiasa menjaga shalat lima waktu. Masih banyak kita jumpai ketika azan berkumandang para penikmat makanan dan minuman di warung kopi, cafĂ©, dan rumah makan mengabaikan waktu shalat tiba. Bahkan ada yang meninggalkan shalat lima waktu tanpa mengetahui dosa yang diterimanya akibat meninggalkan shalat. Khusus kepada pengelola warung kopi, dan rumah makan menyediakan tempat untuk pelaksanaan ibadah shalat. Memahami makna peringatan Israk dan Mi’raj Nabi Muhammad saw mari senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan ibadah shalat secara benar dan diawal waktu.
Penulis Wakasek Humas SMA Dayah Terpadu Inshafuddin Banda Aceh dan Pengurus MGMP PAI Banda Aceh
0 facebook:
Post a Comment