Oleh: Supiati, S. Ag., M. Sos
Sekretaris PD IPARI Kota Banda Aceh
Apakah kita merasa sering terombang-ambing antara perasaan dan pikiran? Di dunia yang penuh tekanan ini, menjaga keseimbangan antara keduanya adalah tantangan yang nyata. Namun, ada satu kunci yang bisa mengubah pandangan kita dengan menjaga keharmonisan antara hati dan pikiran. Ibn Ata'illah, dalam Al-Hikam, memberikan wawasan yang mendalam tentang hal ini. Dalam salah satu kalimat bijaknya, ia berkata, “Hati yang tidak terikat dengan dunia adalah hati yang bebas, dan pikiran yang tenang adalah pikiran yang terang.” Kata-kata ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan di tengah dunia yang penuh godaan.Kejernihan dalam Keputusan
Bayangkan jika setiap keputusan yang kita buat dipengaruhi oleh emosi sesaat. Saat marah, kita bisa bertindak impulsif dan kemudian menyesalinya. Dalam Al-Hikam, Ibn Ata'illah dengan bijak mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam reaksi emosional yang hanya sementara. Pikiran kita sering kali terbawa perasaan, yang pada akhirnya dapat membuat kita kehilangan fokus dan kebijaksanaan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meluangkan waktu sejenak untuk merenung, menyaring perasaan, dan kemudian membuat keputusan dengan pikiran yang jernih.
Hal ini juga tercermin dalam ayat Al-Quran, Surah Ash-Shams (91:8), yang menggambarkan bahwa Allah memberikan kita kemampuan untuk memilih jalan antara kefasikan yang dikuasai hawa nafsu dan ketakwaan yang menuntun pada kebijaksanaan. Kita memiliki kekuatan untuk memilih, apakah mengikuti dorongan emosi atau melangkah dengan pertimbangan yang matang.
Hindari Kesibukan Duniawi yang Berlebihan
Ketika kita terlalu terikat dengan dunia, hati kita akan terbelenggu. Dunia, dengan segala gemerlapannya, sering kali menarik kita untuk mengejar kesenangan sementara. Ibn Ata'illah memperingatkan kita untuk tidak terlalu larut dalam dunia ini, karena segala kemewahan dan kesenangan dunia hanya bersifat sementara. Al-Hikam mengajarkan bahwa hidup yang seimbang adalah hidup yang tidak bergantung pada dunia, tetapi pada tujuan spiritual yang lebih tinggi.
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah dalam Surah Al-Hadid (57:20): “Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia itu hanya permainan, senda gurau, perhiasan, dan saling berbangga di antara kalian, serta saling berlomba dalam kekayaan dan anak-anak...” Dunia memang penting, tetapi jangan biarkan ia menguasai hidup kita. Kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam kesenangan sementara, tetapi dalam pencapaian kedamaian batin yang datang dari ketenangan hati.
Menerima Takdir dengan Lapang Dada
Keikhlasan adalah jalan menuju ketenangan yang hakiki. Ketika kita menerima segala takdir Allah dengan lapang dada, kita dapat mencapai kedamaian dalam hati. Ibn Ata'illah mengajarkan bahwa ketenangan batin tercapai ketika kita tidak terikat pada hasil atau ekspektasi duniawi. Sering kali, kita merasa gelisah karena harapan yang tidak terpenuhi, atau karena ketidakmampuan kita menerima kenyataan. Namun, dengan menumbuhkan sikap ikhlas, kita belajar untuk menerima apapun yang datang dengan penuh kesabaran, baik suka maupun duka.
Al-Quran juga mengingatkan kita bahwa ketenangan hati datang dengan pengendalian diri. Dalam Surah Al-Baqarah (2:45), Allah berfirman: "Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya, shalat itu adalah perkara yang berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." Kesabaran adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara hati dan pikiran.
Keseimbangan dalam Tindakan
Menyeimbangkan hati dan pikiran bukan hanya tentang merenung, tetapi juga tentang bagaimana kita bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Dunia yang penuh dengan godaan sering kali membuat kita terjebak dalam dorongan sesaat, baik itu berupa amarah, kebanggaan, atau keinginan duniawi lainnya. Namun, ketika kita menjaga keseimbangan dalam diri, kita menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi setiap ujian hidup. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari: “Sungguh, orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam pertarungan, tetapi orang yang mampu menahan diri ketika marah.”
Ini adalah gambaran sejati dari kekuatan batin. Bukan kekuatan fisik yang penting, tetapi kemampuan untuk mengendalikan diri, untuk tetap tenang dan penuh kebijaksanaan dalam situasi apapun. Menjaga keseimbangan hati dan pikiran akan membuat kita lebih mampu menghadapi tantangan hidup dengan kepala dingin, tidak terbawa emosi, dan tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar.
Mencapai Ketenangan dengan Bijaksana
Menjaga keseimbangan antara hati dan pikiran memang bukan hal yang mudah, tetapi itu adalah perjalanan yang berharga. Dunia ini penuh dengan gangguan dan tekanan, namun ketenangan hati dan ketajaman pikiran adalah anugerah yang bisa kita capai jika kita berusaha menjaga keduanya dalam harmoni. Dengan mengikuti ajaran-ajaran dalam Al-Hikam, serta merujuk pada ayat-ayat Al-Quran dan hadis, kita dapat menemukan kedamaian yang sejati.
Keseimbangan ini memungkinkan kita untuk hidup dengan bijaksana, menerima segala sesuatu dengan lapang dada, dan tetap tenang di tengah badai kehidupan. Dengan menjaga hati dan pikiran tetap terarah kepada kebaikan, kita akan menemukan kedamaian sejati yang tidak dapat digantikan oleh apapun.
Saat hati dan pikiran kita berada dalam keseimbangan, kita akan menemukan hidup yang lebih damai, penuh rasa syukur, dan mampu membuat keputusan yang bijaksana. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran, "Sesungguhnya, orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah." (Ar-Ra'du: 28). Mari kita ambil langkah pertama menuju ketenangan sejati—karena kedamaian sejati hanya datang ketika hati dan pikiran kita terhubung dalam harmoni yang sempurna.
0 facebook:
Post a Comment