Oleh Dr. Johansyah, MA
Dosen STIT Al-Washliyah Aceh Tengah
Dari banyaknya nikmat, ada satu yang tidak ternilai harganya, yakni hidayah (petunjuk). Hidayah yang dimaksud adalah tuntunan yang diberikan Allah kepada manusia agar mereka hidup sebagaimana layaknya manusia. Hidayah akan menuntun seseorang kepada jalan Allah, yakni jalan kebenaran dan kebaikan yang diridhai-Nya.
Di setiap rakaat shalat ketika membaca surah al-Fatihah, kita selalu memohon satu hal kepada-Nya, yakni ihdina ash-shirath al-mustaqiim (tunjukilah kami ke jalan yang lurus). Jalan lurus di sini adalah bimbingan Allah kepada manusia agar mereka tetap pada jalan ketauhidan yang benar, tidak menyekutukan Allah, senantiasa berusaha melaksanakan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya.
Memohon petunjuk Allah berarti membuka diri dengan penuh kesadaran dan keikhlasan untuk dituntun oleh Allah dalam segala hal; berkata, bersikap, dan berbuat. Perkataan yang di bawah naungan tuntunan Allah ditandai dengan perkataan yang bermanfaat dan santun. Kalimat yang diungkapkannya tidak sia-sia, tidak kotor, dan tidak kasar.
Adapun sikap yang dinaungi hidayah ditandai dengan adanya rasa aman dan nyaman orang-orang yang berinteraksi dengannya. Murah senyum, ramah, menyenangkan, dan sikap positif lainnya. Sementara perbuatan yang dinaungi hidayah ditandai dengan perbuatan terpuji yang mengedepankan adab dari pada ilmu. Sangat berhati-hati dan perhitungan dalam berbuat karena dia tidak mau merugikan orang lain, apalagi mengorbankannya.
Siapa pun yang sudah berikrar dengan dua kalimah syahadat dan komitmen dengan rukun Islam lainnya, secara otomatis menjadi peserta didik-Nya yang siap menerima materi pendidikan hidup agar selamat dunia akhirat. Materi pendidikan tersebut ada yang diberikan Allah secara tersurat seperti yang termaktub dalam al-Qur’an. Ada pula yang disampaikan secara tersirat melalui beragam peristiwa.
Mengapa hidayah diperlukan? Pertama, karena manusia diberi kebebasan untuk memilih. Allah memberikan kebebasan kepada manusia melakukan apapun, tetapi harus bertanggung jawab. Oleh karena itu, agar manusia cerdas dalam memilih, Allah turunkan petunjuk untuk memahami hakekat dan tujuan hidup, kemana harus melangkah, bagaimana seharusnya hidup, dan seterusnya. Dengan bimbingan ini manusia tidak mudah terpedaya oleh berbagai pernak pernik dunia yang menggiurkan.
Kedua, karena manusia makhluk yang lemah. Meski pun dibekali akal, tetap saja itu tidak mampu menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Akal yang tidak dibarengi dengan hidayah hanya akan melahirkan manusia yang suka mengakal-akali orang lain. Akal yang disentuh oleh hidayah bekerja sesuai dengan petunjuk Allah, menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Ketiga, karena manusia memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu kerap membuat orang lupa dan cenderung menentang perintah-Nya. Nafsu juga sering lupa bahwa kehidupan yang abadi adalah akhirat, bukan dunia. Dalam hal ini, hidayah mengatur dan mengomandoi hawa nafsu agar tunduk kepada perintah Allah.
Terakhir, karena iblis. Akibat sanksi keras dari Allah atas pembangkangannya yang tidak mengakui kehebatan nabi Adam AS, iblis bertekad menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Maka satu-satunya jalan selamat dari upaya jahat ini dengan terus memohon hidayah-Nya, agar manusia tidak tergelincir bersama iblis dalam kesesatan. Wallahu a’lam bishawab!
0 facebook:
Post a Comment