Lidah merupakan salah satu anggota tubuh yang kecil, namun memiliki peran besar dalam kehidupan manusia. Lidah organ fisik yang membantu dalam pencernaan dan komunikasi, juga alat yang mengantarkan seseorang kepada kebaikan atau keburukan. Lidah anugerah Allah Swt yang patut disyukuri, tetapi juga bisa menjadi ujian yang menentukan nasib seseorang di dunia dan akhirat.
Secara anatomi, lidah tersusun atas otot rangka yang melekat pada beberapa tulang, seperti tulang hyoideus, rahang bawah, dan processus styloideus dari tulang pelipis. Lidah memiliki dua kelompok otot utama, yaitu otot ekstrinsik yang bertanggung jawab atas pergerakan lidah secara keseluruhan, dan otot intrinsik yang mengatur bentuk lidah membantu dalam berbicara, mengunyah, dan menelan.
Selain itu, lidah memiliki tunas pengecap yang memungkinkan manusia merasakan berbagai macam rasa, seperti manis, asam, asin, pahit, pedas, dan umami. Allah Swt menciptakan lidah dengan desain sempurna, sehingga manusia mampu menikmati makanan dan merasakan kelezatannya. Lebih dari sekadar alat pengecap, lidah berperan dalam komunikasi dan ekspresi emosi manusia.
Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Balad ayat 8-9, “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah, dan dua buah bibir?” Ini menunjukkan, lidah bagian dari nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Dengan lidah, manusia dapat berbicara, berinteraksi, dan menyampaikan ilmu. Lidah sumber kehancuran jika tidak dijaga dengan baik.
Lidah dalam pandangan Islam, salah satu anggota tubuh yang paling menentukan nasib seseorang. Rasulullah saw bersabda, barang siapa yang mampu menjaga lidah dan kemaluannya, maka baginya jaminan surga. Rasulullah asaw menegaskan, menjaga lidah dari perkataan buruk kunci menuju keselamatan.
Dengan lidah, seseorang bisa memanfaatkannya untuk ketaatan, seperti membaca Al-Qur'an, berzikir, berdoa, menyampaikan nasihat, serta mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Lidah bisa digunakan untuk keburukan, seperti berbohong, bersaksi palsu, menggibah, mencela, menghina, dan menyebarkan permusuhan.
Allah mengingatkan dalam Surah Qaf ayat 18, setiap ucapan yang keluar dari mulut manusia akan dicatat oleh malaikat. Jika perkataan itu baik, maka akan menjadi amal kebajikan, tetapi jika buruk, akan menjadi beban dosa. Karena itu, setiap Muslim harus menjaga ucapan agar tidak terjerumus dalam perkataan yang sia-sia atau merugikan orang lain.
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaf: 18)
Salah satu kisah inspiratif tentang menjaga lidah datang dari Hasan Al-Bashri. Suatu ketika, ia mencoba merayu seorang wanita di tempat sepi. Wanita itu kemudian mengingatkannya dengan sebuah kalimat penuh hikmah, bahwa Allah mengetahui segala perbuatan manusia, bahkan yang tersembunyi sekalipun. Teguran tersebut membuat Hasan Al-Bashri sadar kekeliruannya dan akhirnya menjadi ulama besar yang sangat berhati-hati dalam menjaga ucapan dan perilakunya.
Lidah juga satu indikator akhlak seseorang. Rasulullah saw bersabda, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam. Ucapan yang baik mencerminkan keimanan seseorang, sementara perkataan yang buruk bisa membawa kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah saw mengingatkan, ada orang yang mengucapkan suatu kalimat tanpa berpikir panjang, lalu akibat ucapannya itu, ia terjerumus ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat. Ini menunjukkan betapa besar dampak dari perkataan yang tidak terjaga.
Menjaga sebenarnya salah satu bentuk syukur kepada Allah. Seorang Muslim yang bersyukur akan menggunakan lidahnya untuk membaca Al-Qur'an, berzikir, berdoa, memberikan nasihat, serta menyebarkan ilmu. Jika tidak dikendalikan, lidah bisa menjadi penyebab seseorang tergelincir ke dalam dosa besar, seperti fitnah, ghibah, dan adu domba.
Rasulullah bahkan mengingatkan, banyak orang yang bangkrut di akhirat akibat lisannya. Dalam sebuah hadis, beliau menjelaskan, ada orang yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi karena lisannya pernah mencaci, menuduh tanpa bukti, dan menzalimi orang lain, maka amal kebaikannya akan diberikan kepada orang-orang yang pernah ia sakiti. Jika kebaikannya telah habis sebelum dosanya tertebus, maka dosa orang yang dizalimi akan ditimpakan kepadanya, hingga akhirnya ia pun dilemparkan ke dalam neraka.
Kita dapat menyimpulkan, lidah karunia sekaligus ujian bagi manusia. Lidah alat mendekatkan diri kepada Allah dengan berdzikir, membaca Al-Qur'an, dan berkata baik. Lidah juga bisa menjadi penyebab kebinasaan jika digunakan untuk berbohong, menggunjing, dan menebar kebencian.
Karena itu, setiap Muslim harus berusaha menjaga lidah dan memastikan setiap kata yang diucapkan membawa manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang mampu mengendalikan lidah dan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat. (Sayed M. Husen/Berbagai sumber)
0 facebook:
Post a Comment