Oleh: Juariah, S.Ag

Penulis Buku Wawasan Religius dan Inspirasi


Marah salah satu sifat tercela yang harus dihindari dalam Islam. Sifat ini berasal dari pengaruh setan yang merasuk ke dalam diri manusia. Orang yang marah akan merasakan panas di hati dan jiwanya, karena setan diciptakan dari api. Sifat ini tidak dimiliki oleh Rasulullah, sekalipun beliau menghadapi penghinaan berat dari kaum Yahudi.

Salah seorang ahli kitab bernama Zaid bin Shan'ah mengetahui semua sifat Rasulullah yang telah dipelajarinya dalam Taurat. Ada satu sifat yang belum ia saksikan langsung, yaitu kesabaran Rasulullah dalam menghadapi amarah. Keingintahuannya membawanya mencari cara membuktikan kemakzuman manusia sempurna ini.

Dalam pengajian muslimah rutin di Dayah Thalibul Huda, Bayu, Darul Imarah, Abi Hasbi Al-Bayuni mengisahkan sejarah kemuliaan akhlak Rasulullah. Kisah ini layak kita renungkan agar menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari:

Ujian bagi Rasulullah

Zaid bin Shan'ah adalah seorang Yahudi yang ahli dalam kitab Taurat. Ia pedagang sukses dengan kekayaan yang melimpah. Suatu ketika, beberapa sahabat Rasulullah berhasil mengislamkan satu kabilah Yahudi. Peristiwa ini sangat menggembirakan, tetapi tak lama kemudian, musim paceklik berkepanjangan melanda hingga memusnahkan hewan ternak dan tanaman. Kelaparan melanda, dan para mualaf yang baru masuk Islam mulai merasa resah.

Para sahabat mengadukan keadaan ini kepada Rasulullah. 

Melihat situasi tersebut, Zaid bin Shan'ah melihat peluang. Ia menawarkan pinjaman kepada Rasulullah  dengan perjanjian waktu pengembalian yang telah disepakati. Rasulullah menerima tawaran ini dengan penuh kepercayaan dan segera membagikan bantuan kepada para mualaf agar mereka tetap teguh dalam Islam.

Ujian Kesabaran Rasulullah

Beberapa waktu kemudian, saat Rasulullah sedang menyampaikan dakwah dalam sebuah majelis, Zaid bin Shan'ah datang dan menagih hutangnya dengan kasar. Para sahabat yang hadir marah dan ingin membalas perbuatan Zaid, tetapi Rasulullah melarang mereka.

Beliau bertanya dengan tenang, "Apa keperluanmu?" Zaid menjawab, "Engkau belum membayar hutangmu kepadaku!" Rasulullah tersenyum dan berkata, "Bukankah belum jatuh tempo?" Namun, Zaid tetap memaksa dengan sikap arogan. Tanpa marah sedikit pun, Rasulullah memerintahkan Umar bin Khathab membayar utang tersebut dari Baitul Mal. Beliau meminta Umar menambahkan dua puluh karung kurma sebagai kompensasi atas ancaman Zaid.

Ketika Umar menyerahkan pembayaran, Zaid hanya mengambil jumlah yang sesuai dengan hutangnya dan menolak tambahan yang diberikan. Umar yang penasaran bertanya, "Bukankah engkau Zaid bin Shan'ah, ahli kitab yang terkenal di negeri Arab?"

Zaid mengangguk dan berkata, "Wahai Umar, sesungguhnya aku telah mengetahui semua sifat-sifat Rasulullah  yang tertulis dalam kitab-kitab terdahulu, kecuali satu: apakah ia mampu mengalahkan amarah dengan kasih sayang? Kini aku telah membuktikannya sendiri. Sungguh, ia adalah benar-benar Rasul Allah!"

Dengan penuh keyakinan, Zaid bin Shan'ah pun mengucapkan syahadat di hadapan Umar bin Khathab.

Kisah ini menunjukkan, betapa sempurna akhlak Rasulullah. Beliau tidak hanya bersabar dalam menghadapi perlakuan kasar, tetapi juga membalasnya dengan kasih sayang. Inilah bukti nyata bahwa beliau manusia pilihan, maksum, dan teladan bagi seluruh umat manusia.

Masihkah kita meragukan kemuliaan Rasulullah? Mari kita perbanyak shalawat agar kelak mendapat syafaat beliau di akhirat. Shallu 'ala an-Nabi!

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top