Islam agama yang sempurna dan mendorong umatnya senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan. Dalam konteks ini Rasulullah saw bersabda:  "Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim, no. 1016)

Rasulullah saw mengajarkan, bahwa seorang Muslim memiliki peran besar dalam membentuk kehidupan masyarakat. Setiap individu dapat menjadi pelopor kebaikan atau justru sebaliknya sebagai penyebar keburukan. Apa yang seseorang mulai, jika diikuti oleh orang lain, maka ia akan mendapatkan pahala atau dosa dari perbuatannya, tanpa mengurangi pahala atau dosa dari orang yang menirunya.

Kebaikan dan keburukan memang urusan individu, yang memiliki efek jangka panjang yang dapat meluas kepada banyak orang. Oleh karena itu, memahami dan menerapkan makna ajaran Rasulullah  itu dalam kehidupan sehari-hari adalah suatu keharusan.

Merintis Kebaikan

Dalam Islam, segala bentuk kebaikan yang dilakukan memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Lebih dari itu, jika seseorang menjadi pelopor dalam suatu kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala yang terus mengalir selama ada orang yang mengikuti jejaknya.

Contoh merintis kebaikan, mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Rasulullah bersabda, "Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim, no. 1631).

Mendirikan lembaga pendidikan atau sosial juga suatu kebaikan yang dapat dilakukan dalam kehidupan ini. Seorang yang merintis pembangunan sekolah, masjid, pesantren, atau rumah sakit Islam, akan mendapatkan pahala selama tempat itu digunakan untuk kebaikan.

Demikian pula menulis buku atau artikel yang bermanfaat. Ilmu yang dituangkan dalam tulisan dapat dibaca dan diamalkan oleh banyak orang, meskipun penulisnya telah tiada.

Banyak sekali kebaikan lainnya yang bisa kita lakukan, termasuk membiasakan amal baik dalam keluarga atau masyarakat. Misalnya, seseorang yang melakukan kebiasaan membaca Al-Qur'an sebelum tidur dalam keluarganya, lalu kebiasaan itu ditiru oleh anak-anaknya dan generasi berikutnya.

Merintis Keburukan

Menurut Rasulullah saw, siapa saja yang memulai kebiasaan buruk, ia akan menanggung dosanya sendiri dan dosa setiap orang yang mengikuti perbuatannya. Inilah yang disebut sebagai dosa jariah, yaitu dosa yang terus mengalir meskipun pelakunya telah tiada.

Dalam kehidupan sehar-hari kita dapati contoh-contoh merintis keburukan, seperti mengenalkan kebiasaan buruk dalam keluarga atau masyarakat, misalnya seseorang yang memulai budaya korupsi.  Jika kebiasaan korupsi diikuti oleh generasi berikutnya, maka ia akan terus menanggung dosa dari setiap tindakan korupsi yang terjadi akibat perbuatannya.

Contoh lainnya, orang yang menyebarkan fitnah dan kebohongan. Rasulullah bersabda, "Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta jika ia menyampaikan setiap yang ia dengar." (HR. Muslim, no. 5).

Ada juga yang rajin menyebarluaskan maksiat. Seseorang yang memperkenalkan musik atau tontonan yang mengandung unsur maksiat, lalu ditiru oleh orang lain dan menjadi tren dalam masyarakat.

Yang lebih parah lagi, rintisan keburukan dilakukan dengan mempopulerkan ideologi atau pemikiran menyimpang. Hal ini dapat kita lihat dari kasus seseorang yang menyebarkan ajaran sesat atau paham yang bertentangan dengan syariat Islam. Jika ajaran itu diikuti oleh banyak orang, ia akan terus menanggung dosa mereka.

Tanggung Jawab Muslim 

Setiap Muslim sebenarnya dihadapkan pada pilihan, apakah ingin menjadi perintis kebaikan atau penyebar keburukan.  Rasulullah bersabda: "Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." (HR. Muslim, no. 1893).

Dalam hal ini, Rasulullah menegaskan, manusia diperintahkan berbuat baik dan juga dianjurkan mengajak orang lain kepada kebaikan. Untuk ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberikan nasihat yang baik, menulis atau berbicara tentang kebaikan, serta mencontohkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari.

Sebaliknya, Rasulullah bersabda: "Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." (HR. Muslim, no. 2674).

Karena itu, seorang Muslim harus senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya. Jangan sampai apa yang kita lakukan justru menjadi sebab tersebarnya keburukan di tengah masyarakat.

Jadi setiap tindakan kita pasti memiliki konsekuensi besar dalam jangka pendek dan jangka panjang. Percayalah, bahwa merintis kebaikan akan mendatangkan pahala yang terus mengalir, sedangkan merintis keburukan membawa dosa yang terus bertambah.

Sebagai umat Islam, kita mesti selalu berusaha menjadi pelopor dalam kebaikan dan berupaya mencegah tersebarnya keburukan di masyarakat. Dengan demikian, kita akan mendapatkan kebahagian dalam hidup, sekaligus meninggalkan jejak yang bermanfaat bagi generasi setelah kita. (Sayed M. Husen/Berbagai sumber)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top