Oleh Juni Ahyar, S.Pd., M.Pd

lamurionline.com -- Bahasa Aceh, sebagai salah satu bahasa daerah yang memiliki sejarah panjang dan nilai budaya tinggi, saat ini menghadapi ancaman kepunahan. Beberapa indikator menunjukkan adanya penurunan penggunaan bahasa Aceh, terutama di kalangan generasi muda. Status bahasa Aceh yang berada di ambang kepunahan dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya karena tidak terjadinya Pembelajaran Bahasa kepada generasi berikutnya. Akademisi, Peneliti Bahasa, Sosial, dan Humaniora Universitas Malikussaleh Juni Ahyar mengatakan bahasa Aceh berada dalam status definitely endangered atau terancam punah secara pasti.

Kalau diukur skala Tingkat keterancaman Bahasa dari 5 s.d. 0 maka Bahasa Aceh berada pada level 3 berdasarkan data (Unesco) kata Juni di Lhokseumawe, Rabu (17/03/25).

Juni mengatakan hal tersebut terungkap dalam penelitiannya berjudul “Sikap dan Identiti Bahasa Aceh” pada 2025. Dia menjelaskan, status bahasa Aceh yang berada di ambang kepunahan dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya karena tidak terjadinya transmisi atau perpindahan bahasa Aceh ke generasi selanjutnya. Indikator Kepunahan Bahasa Aceh terlihat jelas dari Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa bahasa Aceh berada di ambang kepunahan antara lain:

1. Menurunnya jumlah penutur aktif maksudnya Generasi muda lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari, 

Sekarang ini hanya generasi pertama saja yang masih aktif berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh sedangkan generasi berikutnya sudah mulai berkurang dan menurun drastis dengan berbagai alasan.

2. Berubahnya pola transmisi bahasa  Banyak orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa Aceh kepada anak-anak mereka, sehingga hanya generasi pertama yang dominan menggunakan bahasa Aceh.

3. Dominasi bahasa Indonesia dalam pendidikan dan media Sekolah-sekolah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, sementara konten media berbahasa Aceh masih sangat terbatas, dan 

4. Kurangnya dokumentasi dan pengembangan bahasa Tidak banyak buku, kurikulum, atau media digital yang mempromosikan bahasa Aceh secara luas.

Juni menambahkan Penyebab Pergeseran dan Ancaman Kepunahan Bahasa Aceh ada Beberapa faktor utama yang menyebabkan penurunan penggunaan bahasa Aceh: 1. Globalisasi dan Modernisasi ini terlihat Generasi muda lebih terpapar pada bahasa Indonesia dan bahasa asing melalui media sosial, film, dan Pendidikan, 2. Urbanisasi banyak masyarakat Aceh yang pindah ke kota-kota besar dan lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam interaksi social, 3. Pandangan Negatif terhadap Bahasa Aceh anak muda dan beberapa orang menganggap bahasa Aceh kurang berguna dibandingkan bahasa Indonesia atau bahasa asing, dan 4. Kurangnya Kebijakan Pemertahanan Tidak adanya kebijakan yang kuat dari pemerintah daerah untuk mewajibkan atau mendorong penggunaan bahasa Aceh dalam pendidikan dan administrasi.

Sebagai salah satu identitas masyarakat Aceh Juni mengatakan ada beberapa upaya pemertahanan bahasa Aceh Untuk mencegah kepunahan bahasa Aceh, beberapa langkah bisa dilakukan:

1. Pengajaran bahasa Aceh di sekolah Menjadikan bahasa Aceh sebagai mata pelajaran muatan lokal agar generasi muda tetap mengenalnya.

2. Peningkatan penggunaan bahasa Aceh dalam media Memproduksi lebih banyak konten digital, film, lagu, dan buku dalam bahasa Aceh.

3. Revitalisasi budaya dan sastra Aceh  Menghidupkan kembali hikayat, pantun, dan sastra lisan dalam acara budaya.

4. Dukungan pemerintah dan komunitas Mendorong kebijakan yang mendukung pemertahanan bahasa Aceh, misalnya melalui kebijakan bilingual dalam pelayanan publik.

Kalau kita merujuk kesejarah atau asal usul Bahasa Aceh merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang digunakan oleh masyarakat suku Aceh, terutama di Provinsi Aceh. Bahasa ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan perkembangan budaya, perdagangan, dan interaksi dengan berbagai bangsa. 

Klasifikasi Bahasa Aceh Bahasa Aceh termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, lebih tepatnya dalam kelompok bahasa Melayu-Polinesia Barat. Bahasa ini memiliki kemiripan dengan bahasa-bahasa lain yang berada di sekitar Selat Malaka, seperti: Bahasa Cham (digunakan di Vietnam dan Kamboja), Bahasa Minangkabau, Bahasa Gayo (di Aceh Tengah) Bahasa Aceh juga memiliki banyak serapan dari bahasa Arab, Persia, Portugis, Belanda, dan tentu saja bahasa Melayu, yang dipengaruhi oleh sejarah panjang interaksi Aceh dengan dunia luar.

Pengaruh Sejarah terhadap Bahasa Aceh Bahasa Aceh berkembang seiring dengan perjalanan sejarahnya yang kaya akan interaksi dengan bangsa lain:

1. Pengaruh India Pada abad pertama hingga abad ke-7, Aceh memiliki hubungan erat dengan budaya India, terutama dalam bidang agama dan sastra. Beberapa kata dalam bahasa Aceh berasal dari bahasa Sanskerta.

2. Pengaruh Arab dan Islam Islam masuk ke Aceh pada abad ke-13, membawa pengaruh besar dalam bahasa, terutama dalam kosakata keagamaan. Banyak kata dalam bahasa Aceh berasal dari bahasa Arab, misalnya kitab (buku), ilmee (ilmu), dan doa.

3. Pengaruh Melayu Sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka, Aceh memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Melayu, sehingga banyak kata dalam bahasa Aceh yang mirip dengan bahasa Melayu.

4. Pengaruh Eropa (Portugis dan Belanda) Pada masa kolonial, ada serapan kata dari bahasa Portugis dan Belanda, misalnya meja (Portugis: mesa), roda (Portugis: roda), dan sekolah (Belanda: school).

Perkembangan Tulisan Bahasa Aceh Bahasa Aceh awalnya ditulis menggunakan huruf Arab Jawi, terutama dalam kitab-kitab Islam dan sastra lama seperti Hikayat Prang Sabi dan Hikayat Malem Dagang. Namun, seiring waktu, aksara ini mulai digantikan oleh huruf Latin, yang lebih umum digunakan saat ini, dan Keunikan Bahasa Aceh 1. Memiliki sistem fonologi khas, misalnya bunyi /ë/ yang tidak ada dalam bahasa Indonesia, 2. Terdapat sistem morfologi dan sintaksis yang berbeda, misalnya penggunaan awalan be- untuk menunjukkan kata kerja, seperti beumeuh (menangis), dan 3. Banyak menggunakan kata serapan dari berbagai bahasa, mencerminkan sejarah panjang interaksi Aceh dengan dunia luar.

Bahasa Aceh adalah bagian dari rumpun bahasa Austronesia yang berkembang melalui berbagai pengaruh budaya dan sejarah, mulai dari India, Arab, Melayu, hingga Eropa. Meskipun menghadapi tantangan akibat globalisasi, bahasa Aceh tetap menjadi identitas budaya masyarakat Aceh yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Bahasa Aceh saat ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan, dengan penurunan jumlah penutur aktif dan dominasi bahasa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, dengan upaya yang terstruktur, seperti pendidikan, media, dan kebijakan pemerintah, bahasa Aceh masih dapat dipertahankan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Dari kekhawatiran di atas Juni berharap ada tindakan nayata dari pengambil kebijakan/pemerintah daerah gubernur Mualim menwajibkan pengunaan Bahasa Aceh dan pakaian Adat Aceh pada setiap hari Jumat kepada seluruh ASN pengawai yang ada di Aceh untuk menjaga Bahasa dan budaya Aceh dari kepunahan. (Editor: Hamdani Mulya)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top