LAMURIONLINE.CO  I BANDA ACEH
– Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Ar-Raniry menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Tantangan dan Ancaman Digitalisasi: Menjaga Stabilitas Sosial di Era Revolusi Industri 4.0" sebagai upaya membangun pemahaman yang lebih mendalam terkait implikasi digitalisasi terhadap stabilitas sosial, Rabu (19/3/2025). Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten di bidang informasi, komunikasi, dan keamanan siber, guna membahas berbagai tantangan yang muncul di era transformasi digital.

Wakil Ketua DEMA UIN Ar-Raniry, Makhraji Muntaha, dalam sambutannya menegaskan bahwa era digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam tataran sosial, politik, maupun ekonomi. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi, seperti maraknya disinformasi, penyalahgunaan data pribadi, kejahatan siber, serta ketimpangan digital yang berpotensi memperlebar kesenjangan sosial. Oleh karena itu, forum diskusi ini menjadi ruang strategis untuk merumuskan langkah-langkah mitigasi agar digitalisasi dapat berjalan selaras dengan stabilitas sosial.

Ketua Komisi Informasi Aceh, Arman Fauzi, dalam pemaparannya menyoroti pentingnya keseimbangan antara keterbukaan informasi dan perlindungan data pribadi. Menurutnya, digitalisasi yang tidak diimbangi dengan regulasi yang kuat dapat membuka celah bagi berbagai pelanggaran privasi dan penyalahgunaan informasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya konkret dari berbagai pihak untuk memastikan bahwa masyarakat tidak hanya memiliki akses terhadap informasi, tetapi juga memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya dalam ekosistem digital.

Sementara itu, Ketua Program Studi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry, Syahril Furqani, M.I.Kom, lebih menitikberatkan pada peran media dalam membentuk opini publik di era digital. Ia menekankan bahwa arus informasi yang begitu cepat dapat menjadi pedang bermata dua, di mana masyarakat yang tidak memiliki literasi digital yang baik rentan menjadi korban misinformasi dan propaganda digital. Oleh karena itu, peningkatan literasi media menjadi aspek yang sangat krusial dalam menjaga stabilitas sosial, terutama di tengah derasnya arus informasi yang tidak selalu dapat diverifikasi kebenarannya.

Kepala Bidang Persandian Diskominfo dan Sandi Aceh, Muhammad Iman Jaya, ST, menyoroti ancaman siber yang semakin kompleks di era Revolusi Industri 4.0. Menurutnya, keamanan siber menjadi isu yang tidak bisa diabaikan, mengingat semakin banyaknya kasus peretasan, kebocoran data, serta serangan digital yang dapat mengancam ketahanan nasional. Ia menegaskan bahwa penguatan sistem keamanan siber harus menjadi prioritas, baik di tingkat individu, institusi, maupun negara, guna mencegah dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh kejahatan digital.

Diskusi yang berlangsung dinamis ini dihadiri oleh mahasiswa, akademisi. Berbagai pertanyaan kritis mengemuka terkait tantangan digitalisasi di Aceh dan Indonesia secara umum, mulai dari regulasi yang masih belum sepenuhnya efektif, hingga tantangan dalam membangun kesadaran masyarakat agar lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi.

Melalui FGD ini, diharapkan mahasiswa dan masyarakat dapat lebih siap menghadapi era digital dengan pemahaman yang lebih baik mengenai risiko serta strategi menghadapi ancaman digital. Selain itu, forum ini juga menjadi titik awal bagi kolaborasi lebih luas antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam mewujudkan ekosistem digital yang sehat dan berkelanjutan. (Farial)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top