Oleh : Jufri Aswad, S. Ag
Bulan suci Ramadan adalah bulan yang mulia dan dibukakan pintu rahmat, pengampunan dosa dan Allah swt. membersihkan segala dosa orang yang ikhlas menjalankan ibadah puasa dengan keimanan dan takwa. Bersyukur kepada Allah karena kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadan tahun ini, sementara banyak saudara-saudara kita yang terlebih dahulu dipanggil oleh Allah untuk menghadap-Nya.
Sepanjang sejarah peradaban Islam, berbagai ujian dan cobaan yang dialami oleh kaum muslimin. Para rasul juga banyak diuji oleh Allah swt., misalnya Nabiyullah Ayyub As. Juga sangat dahsyat di uji oleh Allah, dimana Nabi Ayyub menderita sakit yang sangat parah sehingga seluruh tubuhnya membusuk dan daging di tubuh Nabi ayyub habis dimakan ulat, hanya tulang yang tersisa membungkus tubuhnya. Dalam kondisi seperti itu Nabi ayyub as. tidak berputus asa dan berkeluh kesah. Di akhir penderitaannya nabiyullah Ayyub As memohon kepada Allah, Ya Allah walaupu hamba-Mu ini engkau berikan wabah penyakit seperti ini, “hamba terima ya Allah, tapi satu yang hamba mita kepada-Mu ya Allah, jangan Engkau cabut hati hamba untuk selalu mengingat, dan bertasbih kepada-Mu”. Do’a Nabiyullah Ayyub as. diterima oleh Allah, dan Allah tidak membiarkan nabi Ayyub As menderita berkepanjangan. Dengan izin Allah kondisi kesehatan nabi Ayyub as kembali seperti semula, sehat kembali.
Sembari menjalankan ibadah puasa, beberapa instropeksi (Muhasabah) yang sepatutnya kita tafakkur adalah, pertama sejauh mana amal ibadah yang kita lakukan, hubungan silaturrahmi yang pernah terjalin, orang-orang dhu’afa (lemah) yang pernah terbantu hidupnya oleh uluran tangan kita, anak-anak yatim yang pernah merasakan sentuhan tangan kita, dan orang tua yang telah melahirkan kita yang selalu kita jaga rasa takdhim dan berbuat baik dengan ayah dan ibu kita.
Niat adalah pengikat amal. Niat yang baik akan berbuah kemuliaan. Sebaliknya niat yang buruk akan berbuah keburukan. Dan segala yang diperbuat manusia pun Allah tahu dan akan memberikan balasan. Sebuah pesan Lukmannul hakim kepada anaknya yang tertera dalam QS. Luqman ayat : 16, “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasnya.”.
Ada dua hal pesan ayat tersebut adalah yang pertama berbuat baik (ihsan) dan nilai keikhlasan dari berbuat baik tersebut. Bulan Ramadan adalah kesempatan emas yang diberikan oleh Allah kepada kita. Bulan ini adalah bulan yang agung, perbanyak amal ibadah kepada Allah Swt., rajin membaca Al-qur’an, selalu bersedekah dikala sempit dan lapang, melapangkan kesusahan orang lain. Semua ini dilakukan dengan ikhlas bukan ada ember-embernya, bukan tanda balas budi atu jasa, bukan sebagai pamer di media sosial, akan tetapi semuanya hanya mengharapkan pahala dan rahmat dari Allah Swt. Janganlah membantu orang lain ketika kita punya hajatan atau keinginan kepada tujuan saja, akan tetapi meringankan kesulitan hidup sesama muslim adalah suatu kewajiban bagi orang-orang yang yang mempunyai kemampuan dan kelebihan harta.
Jangan biarkan kunci syurga terbuang, lihat kesusahan hidup orang lain, rajin membaca Al-qur’an, dan berbakti kepada kedua orang tua merupakan kunci untuk membuka indahnya syurga Allah di hari yaumil qiyamah. Membuang kunci syurga adalah perbuatan yang rugi. Tidak membantu kaum lemah (dhu’afa), tidak menyantuni anak-anak yatim, tidak berbakti kepada kedua orang tua, malas membaca al-qur’an, dan malas melakukan ibadah pada bulan Ramadan adalah membuang kunci syurga. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mencapai derajat muttaqin dan dimasukkan kedalam syurga Allah Swt.
Penulis merupakan Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA Inshafuddin Banda Aceh
0 facebook:
Post a Comment