Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Wawasan Religius dan Inspirasi


Kehidupan di dunia memiliki satu tujuan utama, yaitu beribadah kepada Allah Swt, namun untuk dapat menjalankan ibadah dengan baik dan benar, manusia membutuhkan ilmu. Tanpa ilmu, ibadah yang dikerjakan bisa keliru atau bahkan tidak diterima. Karena itu, belajar dan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Mencari ilmu bukan hanya untuk kepentingan dunia semata, tetapi juga untuk kebahagiaan di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu." (HR. Baihaqi).

Rasulullah saw menegaskan, ilmu merupakan kunci keberhasilan di dunia maupun di akhirat, maka tidak ada alasan bagi seorang Muslim mengabaikan kewajiban menuntut ilmu.

Dalam mencari ilmu, seseorang harus memiliki tujuan yang benar, yakni diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi beban di akhirat, bahkan Rasulullah saw mengingatkan, ada pencari ilmu yang justru menjadi penghuni neraka. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Teungku Syaikh Mukhtaruddin dalam penutupan pengajian Muslimah di Dayah Darul Washilin Al-Amariyah, Lamtheun, Darul Imarah, baru-baru ini. 

Menurut Teungku Syaikh Mukhtaruddin, tiga golongan pencari ilmu yang terjerumus ke dalam neraka, pertama, menuntut ilmu untuk menyaingi orang saleh.  Mereka belajar bukan untuk mencari kebenaran, melainkan bersaing dan menjatuhkan para ulama. Dengan ilmunya, mereka membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain, bahkan meremehkan fatwa ulama.

Kedua, mencari ilmu demi kemegahan dan kesombongan. Golongan ini merasa lebih hebat dan lebih mulia dibandingkan orang lain. Mereka merendahkan orang yang dianggap kurang berilmu, padahal ilmu yang sejati justru menjadikan seseorang semakin tawadhu dan merasa selalu kurang dalam ilmunya. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang membawa ketakwaan, bukan kesombongan.

Ketiga, mengejar ilmu untuk popularitas. Ada pula orang yang menuntut ilmu demi mendapatkan kedudukan dan pengakuan dari manusia. Mereka ingin dipuji, dihormati, dan dianggap hebat, padahal ilmu bukanlah sarana untuk meraih ketenaran, melainkan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu yang benar justru mengajarkan kesederhanaan dan keikhlasan dalam beramal.

Setiap amal perbuatan hendaknya diniatkan karena Allah agar bernilai ibadah. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dengan ikhlas dan membawa manfaat bagi sesama. Jika ilmu hanya digunakan untuk kepentingan dunia semata, maka ia tidak akan memberikan keberkahan dan justru menjadi beban di akhirat.

Ilmu ibarat lentera yang menerangi jalan dalam kegelapan. Karena itu, jangan sampai ilmu yang kita miliki justru menjerumuskan kita ke dalam kesombongan dan kehancuran. Ingatlah bahwa ilmu anugerah dari Allah, maka tidak pantas bagi manusia menyalahgunakannya. Kesombongan sifat setan, sedangkan ilmu yang sejati harus membawa pada ketundukan kepada Allah Swt.

Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mencari ilmu dengan niat yang lurus, mengamalkannya dengan ikhlas, memperoleh keberkahan di dunia, dan kebahagiaan di akhirat. Aamiin.

Editor: Sayed M. Husen

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top