Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Wawasan Relegius Dan Inspirasi


Allah Swt menciptakan manusia disertai dengan ketentuan hidupnya. Jauh sebelum seorang hamba dilahirkan kedunia, Allah telah terlebih dahulu menentukan nasib berupa langkah, rezeki, pertemuan, serta maut. Manusia tidak dapat mengelak dari ketentuan Allah yang disebut takdir. 

Demikian juga dengan ketentuan rezekinya. Kehidupan dunia telah ada jaminan rezeki yang Allah tetapkan. Semua makhluk yang hidup di atas permukaan bumi baik manusia, hewan dan tumbuhan, telah ditentukan kadar rezekinya. Tanpa luput dari pantauan Allah Swt walau hanya sedikit. 

Dalam bukunya Dakwah Sufi, Dr. Sabaruddin Siahaan, S.Pd.I.,M.Sos menulis, limpahan rezeki yang Allah tetapkan tanpa terkecuali, termasuk bagi mereka yang tidak beriman ke pada-Nya. Bahkan terkadang rezeki mereka jauh lebih banyak dari pada orang-orang yang beriman. Itu sebagai bukti bahwa Allah tidak pilih kasih kepada hamba-hamba-Nya dalam memberikan kasih sayang. Dengan harapan agar mereka sadar dengan kasih sayang Allah kepadanya. 

Tetapi sayang, mereka tidak dapat merasakan karunia Allah. Hatinya mati tanpa adanya cahaya Ilahi. Demikian juga mereka yang beriman tetapi suka bermaksiat. Namun Allah tetap saja menganugerahkan nikmat dan rezeki-Nya. Allah tidak pernah memutuskan limpahan kasih sayang  meskipun hamba-Nya ingkar. Maka dari itu nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan.  

Yang menjadi pokok persoalan kita saat ini adalah ketentuan rezeki di akhirat nanti. Apakah akan sama dengan ketetapan di dunia? Jawabannya tidak. Sebagai orang beriman tentunya kita percaya datangnya hari kiamat. Hari kesudahan dunia dan beralih kepada kehidupan baru di alam akhirat. Keadaan yang jauh berbeda dengan kehidupan dunia.  

Sabaruddin menulis, jika kehidupan dunia telah ada jaminan rezeki dari Allah, maka kehidupan di akhirat sebaliknya. Seorang hamba telah diberi kesempatan di dunia untuk mengumpulkan bekal menuju alam akhirat. Jika di dunia lalai mempersiapkan amal sebagai rezeki akhirat, maka tentu ia akan ditimpa kemalangan yang teramat sangat. Karena tiada lagi jaminan rezeki seperti di dunia. Jika ada amal sebagai bekal yang dibawa maka itulah yang akan dinikmati nantinya, maka hidupnya pun akan bahagia di akhirat. Sebaliknya yang tidak membawa amalan baik maka di akhirat akan sengsara selamanya. 

Perlu digaris bawahi, kehidupan dunia hanya sementara sekedar mengumpulkan bekal menuju akhirat. Karena kehidupan akhirat kekal selamanya. Bagi yang sibuk dengan kehidupan dunia akan merasakan penyesalan yang tiada berkesudahan. Ia akan sengsara selamanya. Tanpa ada bantuan dari siapapun kecuali amalannya sendiri. Banyak bekal yang dibawa, maka akan banyak kenikmatannya. Sedikit amalan akan sedikit pula kenikmatannya. Tergantung seberapa banyak amalan yang kita sediakan ketika di dunia. 

Kehidupan akhirat bersifat nafsi-nafsi. Tidak ada lagi saling membantu seperti di dunia.Yang dinikmati hanyalah bekal yang dibawa bawa masing-masing. Tidak ada lagi saling berbagi dengan sesama karena itu sudah berlalu. Jika ingin bekal yang banyak maka selagi masih ada kesempatan berbagilah dari sekarang. 

Mari persiapkan diri dengan amal shalih untuk persiapan akhirat, agar kelak mendatangkan rezeki yang berupa kenikmatan surga. Berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya sebagai tabungan akhirat. Begitu banyak ladang-ladang pahala yang dapat ditanam selain amalan pokok seperti shalat, puasa Ramadhan, zakat, serta haji. Sebagai amalan penunjang seperti beribadah sosial, sedekah, wakaf, dan sebagainya. Itu semua akan kita tuai sesuai hasil yang kita tanam.

Untuk itu, mari kita mempersiapkan bekal menuju akhirat, agar kelak mendapatkan kenikmatan surga-Nya Allah Swt. Semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung.

Editor: Sayed M. Husen

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top